Derita Tenaga Kerja Wanita Di Indonesia!! (Tugas IBD manusia & penderitaan)

Senin, 04 April 2011



Pemerintah selalu menganggap para tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sebagai pahlawan devisa negara dan selalu dielu-elukan. Namun ironisnya apresiasi dan perlindungan yang diberikan pemerintan tidak sepadan dengan derita yang mereka alami di negeri orang. Pasalnya, kasus kekerasan yang dialami Sumiati oleh majikannya bukan kali pertama terjadi dan selalu saja terulang kasus serupa beberapa kali. Apa yang dialami TKW asal Nusa Tenggara Barat (NTB j itu layaknya sebuah gunung es yang baru terkuak sebagian kecil dan belum seluruhnya. Tak heran bila derita TKW lndonesa tidak ada hentinya, selama pemerintah belum mau serius memberikan perlindungan dan menyelesaikan kasus kekerasan dan pelecehan yang dialami para TKW secara komprehensif. Suka tidak suka, pemerintah memang lamban dalam menyelesaikan kasus kekerasan, pelecehan TKW di luar negeri dan termasuk diplomasi yang tidak bertaji. Berdasarkan data sepanjang tahun 2010, setidaknya ada 5.500 wanita Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi korban kekerasan, perbudakan seks hingga ekspolitasi tenaga kerja di Arab Saudi.


Tingginya angka kekerasan dan korban TKW atau TKI diluar negeri, seharusnya menjadi perhatian pemerintah tiap tahunnya dan bukan bersikap reaktif. Dimana baru bertindak setelah ada korban yang di blow-up media. Keprihatinan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhono (SBY) terhadap korban kekerasan TKW di luar negeri dan termasuk Sumiati perlu diapresiasi. Hanya saja solusi yang ditawarkan presiden agar para TKW Indonesia dibekali telepon selular/ Hp sebagai media komunikasi dinilai publik usulan yang "konyol" dan penyelesaian yang bersifat parsial. Pemerintah seharusnya tidak usah segan belajar dari negara-negara tetangga dalam menangani TKW di luar negeri.

Banyak yang perlu di kritisi dari kebijakan pemerintah tentang pengiriman jasa TKW ke luar negeri. Mulai dari perlindungan, pelatihan hingga keberadaan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang terkesan lepas tangan bila ada masalah. Publik sudah mengetahui, kalau TKW Indonesia laksana sebuah komoditas yang selalu diperas atau di ekspolitasi mulai dari pemberangkatan hingga pulangnya kembali. Alih-alih mendapatkan untung malah pulang hamil.

Mungkin tidak semuanya TKW Indonesia bernasib naas seperti yang dialami Sumiati, karena masih banyak TKW Indonesia mendapatkan pekerjaan yang nyaman dan aman. Tentunya, semua TKW berharap tujuan mereka bekerja di luar negeri bisa merubah nasib dan keluar dari kemiskinan. Celakanya, niatan baik mereka tidak dibekali keterampilan dan pemerintah daerah seakan tidak mau tahu untuk memfasilitasi hal tersebut.

Mungkin ceritanya akan berbeda, tidak akan ada lagi berita TKW Indonesia yang disiksa, diperkosa, terjun dari apartemen, bunuh diri atau dibunuh oleh majikannya jika pemerintah mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan dan membuka lapangan kerja. Intinya, mereka bekerja di luar negeri karena untuk menyambung hidup dan mencari pekerjaan yang selama ini sulit didapatkan di negaranya sendiri.*

kesimpulan: Semakin bertambahnya tenaga kerja wanita di indonesia yang mencoba mengadu nasibnya di negeri orang maka kemungkinan terjadiya tindak kriminalitas pada seorang pekerja pun merupakan suatu hal yang terbilang sangat lumrah, karena dar sekian banyak dari mreka yang ingin meraih kesuksesan di negei orang, malah tak sedikit dari mereka yang pulang dengan penderiataan baik fisik maupun mental.

sumer: http://bataviase.co.id/node/469765

0 komentar:

Posting Komentar